Buku ini menceritakan tentang sebuah marching
band yang didirikan di Kaltim. Nama marching band ini adalah Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Di
dalam marching band ini terdapat
anak-anak yang tak takut untuk meraih mimpi. Ada anak-anak yang asli sana dan
ada juga anak-anak dari luar Kaltim.
Yang melatih marching band ini adalah seorang lulusan sekolah musik
amerika yang juga anggota marching band internasional. Ia diminta oleh manajer
perusahaan pupuk bontang yang ternyata adalah mantan kekasih rene. Perempuan
ini kuliah di fakultas Music Education and Human Learning. Sejak kecil ia memang
sangat tertarik dengan yang namanya drum.
Elaine, gadis tujuh
belas tahun yang pintar, ia mempunyai seorang pekerja keras asal Jepang,
yang bersikeras agar anak gadisnya mengutamakan sekolah daripada
bermusik. Untunglah Elaine mempunyai seorang Ibu yang lembut hati dan bijaksana
yang selalu siap melindungi dan membelanya. Elaine adalah gadis pemain biola
yang bisa dikatakan cukup hebat. Dia sangat disenangi di sekolahnya, dan dia
mencintai sekolahnya. Dengan pilihan yang amat sulit baginya dari awal kepindahanya
dari Jakarta ke Bontang. Ketika sekolah di Bontang juga ia mendapatkan pilihan
yang amat sulit yaitu pilihan antara mengikuti Olimpiade Fisika mewakili
sekolahnya yang akan membuat ayahnya bangga atau mengikuti lomba Grand
Prix Marching Band sebagai Field Commander.
Tara, gadis
manis berkerudung yang harus rela kehilangan sebagian pendengaranya karena
kecelakaan yang dialaminya bersama ayahnya. Peristiwa itu
membuat gadis ini merasa bersalah tak berkesudahan atas kematian ayahnya. Di
sisi lain sepeninggal Ayahnya, Ibunya memilih meninggalkanya untuk melanjutkan
studi di luar negeri, demi kehidupan yang lebih baik di masa datang bagi
dirinya dan Tara. Kesedihan mendalam, keterbatasan pendengaran dan merasa
diperlakukan tidak adil , membuat Tara menjadi remaja yang
sangat labil dalam menyikapi berbagai masalah yang menghinggapinya.
Beruntung memiliki Oma dan Opa yang melimpahkan segala kasih
sayangnya kepada cucu satu – satunya itu dan mendukung penuh talenta
bermusik Tara yang tak berkurang sedikitpun, meski indera pendengaranya
telah berkurang. Ia hidup dengan alat bantu untuk mendengar yg terpasang
ditelinganya. Tara sempat berputus asa ketika mengikuti marching band ini, dia
tidak tahan dengan bentakan dari pelatihnya, yaitu Rene. Permainannya cukup
bagus, ia diperlukan dalam marching band ini. Akhirnya rene pun membujuknya
untuk ikut masuk ke dalam marching band kembali. Dan tara pun mau untuk masuk
lagi dan berlatih di marching band ini.
Lahang, anak laki –
laki satu-satunya dari pemuka adat suku Dayak, meski derita dan
kekurangan daya selalu melingkupinya, tak mengurangi semangat untuk
menggapai cita – citanya untuk melihat tugu Monas, sebagai simbol sebuah
kemajuan dan keterbukaan mata sebagai anak daerah. Dan satu – satunya tiket
untuk bisa mencapai Monas adalah dengan menjadi anggota tim inti Marching
Band. Kemana-mana lahang selalu membawa kertas peninggalan ibunya yg bergambar
monas itu. Di tempa segala derita membuat Lahang menjadi anak yang luar bisa
kuat dan berani memutuskan sesuatu meski itu sebuah hal yang sangat sulit
sekalipun. Ketika sudah hampir tampil di jakarta, ia mendapat kabar bahwa
ayahnya meninggal. Memang, sebelum lahang berangkat ke jakarta. Ayahnya sudah
sakit parah. Awalnya lahang hampir tidak pergi, tetapi dia juga ingin
membanggakan ayahnya. Akhirnya dengan perasaan bimbang dia pun pergi ke
jakarta.
Latihan-latihan yang
mereka jalani cukup berat, suka dan duka mereka lewati bersama. Dan sebelum
mereka pulang, rene sang pelatih memberikan kata-kata motivasi. Dan mereka pun
selalu meneriakkan kata “vincero”. Ketika ke jakarta, anak-anak bontang ini
terkagum-kagum. Sangat lucu. Akhirnya latihan dan kerja keras mereka selama ini
terbayarkan.
Sampailah di tempat
lomba diadakan. Masing-masing marching band yang ada memiliki keunggulan. Ada
yang kostumnya sangat bagus. Ada yang pelatihnya bagus, cara melatihnya itu
seperti menghipnotis anak-anak didiknya. Dan masih banyak lagi. Anak-anak
marching band pupuk bontang kaltim ini pun mulai tidak percaya diri. Tapi rene
tetap memberi semangat.
Tibalah saatnya mereka
tampil. Karena elaine sedang dihukum oleh ayahnya karena ketahuan lebih memilih
marching band ini ketimbang dengan olimpiade fisika, maka dia dilarang untuk
ikut lomba marching band ini. Dan diam di rumah. Akhirnya posisinya sebagai
field commander digantikan oleh seorang field commander yang lama yang
sebenarnya sedang sakit dan duduk di kursi roda. Diam-diam elaine pergi ke
lomba itu tanpa sepengetahuan ayahnya. Setibanya disana dia langsung naik ke panggung
dan menggantikan field commander yang lama (lupa namanya). Semuanya cukup
terkejut tetapi sangat senang melihat kedatangan elaine. Elaine melihat ke
sekeliling, dan dia melihat ayahnya sedang duduk disamping ibunya dan
menontonnya. Akhirnya dimulai pun permainan mereka. Sangat memuaskan. Setelah
selesai semua orang bertepuk tangan, sangat meriah. Termasuk ayahnya elaine.
Dia merasa sangat bangga dengan elaine. Mereka semua saling berpelukan bahkan
ada yang sampai menangis. Tapi itu tangisan bahagia. Yang awalnya lahang sudah
hampir pulang karena mendengar berita ayahnya meninggal, dan berkat perjuangan
rene untuk membujuknya berhasil dan dia tidak jadi pulang. Elaine pulang lebih
cepat, dia sudah dipanggil ayahnya. Dan ayahnya pun sangat bangga dengan anak
satu-satunya itu.
Mereka mendapatkan
juara. Juara harapan. Mereka sangat senang. Kerja keras mereka selama ini
terbayarkan dengan keberhasilan mereka. Rene sangat bangga. Anak-anak didiknya
bisa juara. Tidak disangka-sangka. Dan berakhirlah semuanya dengan senyuman dan
tangisan yang mewakili rasa bahagia mereka semua.
~ TAMAT ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar